Bulbophyllum jayi, Tidak Hanya Native Borneo

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Termasuk bulbo sp baru/fresh from oven nih…hi…hi… karena baru dipublikasikan tahun 2013 oleh J.J.Verm. & A.L.Lamb pada Malesian Orchid Journal. Jadi informasi dan datanya masihlah sangat minim dan juga misterius. Berbagai link anggrek terkenal hanya mencantumkan namanya saja, tanpa foto/gambar sama sekali. Jadi kalau kita mencarinya di Google, g akan dapat kita temukan foto/gambar dari Bulbophyllum jayi.

Hingga sekarang, informasinya juga belum di-update. Dikatakan native-nya Borneo, padahal juga ditemukan di Sumatra Utara. BPG menduga bahwa informasi yang tidak akurat ini disebabkan beberapa hal, yakni:

  1. Adanya persebaran secara alamiah, baik melalui bantuan makhluk hidup maupun alam (angin misalnya).
  2. Kekurangan dalam hal penelitian atau ekspedisi. Hal kedua ini yang paling logis, karena untuk memasuki hutan belantara dimana habitat alamiah bulbo ini berada tidak semua expeditor mampu melakukannya. Apalagi ukurannya yang mungil juga menyulitkan pandangan mata.

Karena minimnya data, maka BPG kali ini juga tidak dapat mengupas banyak. Hanya saja ada beberapa  catatan selama BPG merawat Bulbophyllum ini.

  1. Saat adaptasi sebaiknya dihindarkan dari benturan air (hujan), karena itu sebaiknya diletakkan di bawah naungan beratap, atau diikat pada pohon pada sisi batang pohon yang terlindung dari benturan air hujan, misalnya di sisi bawah dahan dan sebagainya.
  2. Sekelilingnya diletakkan media yang mampu menyerap kelembaban/air lebih lama. Jangan menutup plantnya dengan media karena risiko busuk lebih besar. Bila telah mampu beradaptasi, media penyerap kelembaban dapat ditambahkan sedikit demi sedikit, tetap di sekelilingnya saja.
  3. Pertumbuhan daun sangatlah cepat, hanya dalam hitungan kurleb 1 bulan daun sudah mencapai stadium dewasa.
  4. Bunga tunggalnya (satu bulb satu kuntum bunga) mekar sekitar 2 hari. Pada cuaca yang sangat panas, kegagalan mekar sangatlah besar. Apabila mampu mekar sempurna, biasanya hanya mekar sehari saja.
  5. Bulbs saling sambung menyambung membentuk seperti untaian kalung/rantai.
  6. Akar sangat pendek. Satu bulb hanya memiliki beberapa utas akar. Akarnya juga mudah lepas akibat tarikan, meski g begitu kuat.
  7. Karena beberapa sebab bulbnya menjadi kering dan mati, padahal belum masanya. BPG tidak dapat memprediksi dan mengetahui secara pasti penyebabnya. Dugaan terbesar bulb yang mengering terkena sinar (cahaya) yang lebih banyak.
perbandingan dengan semut
satu bulb satu kuntum
memerlukan kondisi lembab, penambahan media di sekeliling anggrek yang menyerap kelembaban seperti lumut, rambut kadaka, atau sabut kelapa sangat diperlukan
satu daun
masa mekar 2 hari, saat kondisi lingkungan tidak kondusif, kuntum gagal mekar atau mekarnya hanya sehari saja
walau sudah 2 tahun lebih, jumlah bulb tidak terlalu menggembirakan, tetap bersyukur koloni yang ini mampu bertahan di DTR, karena rumpun-rumpun yang lainnya sudah mati
rumpun ini tinggal fotonya doang … hiks
labellum sangat berbeda dengan bulbophyllum lainnya

Bulbophyllum jayi berada dalam seksi Macrocaulia. Member seksi ini berbunga tunggal dengan masa mekar yang sangat singkat 1 – beberapa hari saja. Kemiripan spesies antar member sangatlah besar. Apabila tidak berbunga sangatlah sulit dibedakan antara mereka, walaupun sebenarnya juga terdapat ‘celah-celah’ pembeda meski sangat tipis. Bagi pemula memang betul-betul membingungkan.

Mungkin anda bertanya-tanya ya jika informasi yang tersebar di internet sangatlah sedikit dan misterius, darimana BPG tahu identitas bulbo ini? Begini kronologisnya.

Beberapa kali foto Bulbophyllum jayi dishare/upload di berbagai grup anggrek Fb. Namun tak seorangpun yang yakin mengenai ID-nya. Beberapa di antaranya pun berdebat. Namun semuanya tidak ada kesimpulan pasti. Dan kemudian ada salah satu teman grup yang mengirimkan spesimen/contoh tanaman ke the Swiss Orchid Foundation agar dapat diidentifikasi atau diregistrasi apabila memang new sp. Ternyata bulbo ini sudah memiliki nama sebelumnya, walau berbeda asal habitatnya. Selama ini bulbo ini masyhur native Borneo, namun ternyata juga ditemukan di Sumatra Utara, karenanya banyak pecinta anggrek yang g yakin akan identitas bulbo ini meski g asing dengan namanya.

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Vanda limbata Blume ‘Java’, The Java Callus Vanda

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Menurut informasinya, Vanda limbata tersebar dalam tiga wilayah, yakni Jawa, Lesser Sunda Islands (Nusa Tenggara), dan Philipina. Namun BPG tidak membahas Vanda dari dua tempat terakhir, karena spesimen yang ada di kebun BPG ini adalah asli Jawa (varian Jawa). Apalagi menurut info kekinian, Vanda (limbata) dari Philipina telah diganti namanya menjadi Vanda mariae. Tentu saja memiliki perbedaan, walau sedikit dengan Vanda limbata asli.

Nama limbata sendiri ada yang menginformasikan diambil dari kata Lembata, yakni sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, dimana spesimen pertamanya diambil. Namun ada juga yang mengatakan kata limbata berasal dari kata limbatus (Latin) yang artinya “atasnya dengan perbatasan bermata” dalam referensi ke perbatasan sekitar tepal. Apakah ini sama dengan pengertian dari Callus/tonjolan kecil pada bagian tengah pangkal belakang dari labellumnya, yang merupakan ciri khas pembeda dengan Vanda lainnya, sehingga di dunia internasional dikenal sebagai The Callus Vanda?

di sinilah terdapat callus sebagai pembeda dengan Vanda jenis lainnya

Agroklimat

Termasuk anggrek yang mudah dirawat. Dibanding spesimen Vanda lainnya, vanda ini yang paling cepat adaptasi dan berbunganya. Anggrek cukup ditempel pada pohon. Pertumbuhannya pun sudah sangat bagus. Intensitas cahaya 60 – 85% diperoleh dari sinar yang menerobos dari sela-sela dedaunan. Kebutuhan suhu 26 – 32º C juga tepat untuk kebun BPG yang berada di dataran rendah dengan interval suhu 29 – 33º C. Sayangnya pada musim penghujan kali ini, ada yang terkena penyakit busuk daun dan busuk batang. BPG tidak tahu pasti mengapa demikian ini. Memang sedang musim hujan sekarang ini, namun pada tahun 2017 yang terus-terusan turun hujan hampir sepanjang tahun, anggrek dapat bertahan. Untuk kasusnya BPG tidak menggunakan obat-obatan, cukup membuang daun beserta seludang/pelepah yang busuk hingga batangnya nampak ‘gundul’. Pengecekan juga ditingkatkan intensitasnya, terutama bila kemarinnya turun hujan, karena biasanya pada sisa-sisa atau bekas-bekas pembusukan muncul jamur. Lagi-lagi BPG tidak menggunakan obat apapun, hanya membersihkan sisa-sisa pembusukan tersebut, sehingga jamurnya juga ikut kebuang. Terkadang juga memakai sabun cair cuci piring. Namun penggunaan ini tidak disarankan bila tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup karena dapat mengakibatkan anggrek mati.

Mungkin kejadian busuk dan berjamur anggrek ini menurut kita sebagai malapetaka, namun dibaliknya justru tersimpan kegembiraan, yakni bermunculannya banyak anakan baru yang hampir memenuhi batang palsunya. Ada 5 lebih tunas anakan, alhamdulillah. Hingga tulisan ini di-upload tunas-tunas tersebut masih bertahan dan kian bertambah jumlahnya. Semoga saja dapat survive semuanya, aamiin.

Morfologi

Tandan bunga keluar dari tengah batang yang masih berdaun. Bunganya indah dengan warna dasar kuning bercorak coklat. Sisi bawah petal dan sepal berwarna putih susu. Ukurannya kira-kira 5 cm
warna coklat kekuningan dengan splash-splash kuning dengan lidah ungu muda (intensitas warna mahkota bunga dan bentuk lidah juga berbeda-beda tergantung tempat asalnya dan juga kondisi lingkungan anggrek berada)
Aroma cinnamon atau kayu manis dengan wangi yang kuat, serta mampu tercium dalam jarak beberapa meter. Jumlah kuntum sekitar 12 saat mekar perdana di kebun BPG. Berbunga 2 – 3 kali setahun dengan masa mekar ± 2 minggu
kuncup/knop
Batang beruas-ruas tertutup pelepah daun yang mana penampang melintang daunnya seperti kupu-kupu atau burung terbang
Daun berbentuk v (talang) berwarna hijau cerah, ujung erose (terkoyak), tipe evergreen, stomata bertipe anomositik anomositik perigen
Akar silinder, permukaan putih, ujung hijau atau terkadang keunguan. Akar tetap silinder walau menempel pada media

Penyiraman

Sekali dengan digocor atau diguyur menggunakan selang setiap 1½ – 2 hari. Di musim penghujan nyaris tidak pernah disiram, kecuali hujan tidak turun selama 2 hari.

Perbanyakan

Seperti anggrek monopodial lainnya, BPG melakukan stek batang pangkal dengan panjang 5 – 10 cm, terpenting terdapat akar yang hidup dan sehat. Jumlah akar minimal 1 utas. Boleh saja dilebihkan, tergantung selera. Stek dapat dibiarkan pada tempatnya apabila terdapat akar yang sudah menempel pada media. Kalau stekan tidak memiliki akar yang menempel, stek boleh diletakkan di tempat lain. Setelah stekannya tumbuh mantap, dapat dipindah atau diletakkan para area yang kita inginkan.

hasil stek 2x 2 bulb, kini telah mati karena busuk … hiks

Pupuk

BPG tidak pernah melakukan pemupukan. Sekali-kali saja apabila ada air bekas cucian beras atau rendaman kulit bmbp (bawang merah bawang putih) anggreknya baru dipupuk. BPG juga sebenarnya juga mempertimbangkan untuk menggunakan pupuk cair organik pabrikan, karena melihat contoh dan juga testimoni yang menggiurkan. Namun karena harganya masih mahal untuk kantong BPG, keinginan ini pun masih harus dipendam dahulu.

Catatan: BPG tinggal di DTR 92 m dpl.

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Paphiopedilum glaucophyllum J.J.Sm. 1900, Anggrek Selop Endemik Jawa Timur

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Status Konservasi

Hingga artikel ini diunggah, BPG belum menemukan informasi kekinian mengenai populasinya di habitat aslinya, Gunung Semeru. Banyak kabar yang menyebutkan jikalau Paphiopedilum glaucophyllum telah lama menjadi spesies yang terancam punah (secara in-situ). Karenanya sepuluh tahun yang lalu dimasukkan ke dalam PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa sebagai anggrek yang dilindungi. CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) atau konvensi perdagangan internasional untuk spesies-spesies tumbuhan dan satwa liar), juga memasukkannya ke dalam Appendix I, yakni spesies tumbuhan dan satwa liar yang terancam populasinya sehingga dilarang dari segala bentuk perdagangan internasional. Adapun anggrek yang diperjualbelikan saat ini merupakan generasi ketiga atau hasil penangkaran. Mungkin beberapa ada yang menjual dari hutan habitatnya.

Penyebab rendahnya populasi dari anggrek ini (dan juga anggrek lainnya) diakibatkan karena:

  • Terjadinya bala alam, kebakaran hutan, penebangan liar, dan pendayagunaan hutan yang tidak terkendali atau pengalihfungsian hutan.
  • Perburuan/eksploitas yang tidak terkendali.
  • Banyaknya kendala dalam perbanyakan in vitro.
  • Tergolong anggrek yang kurang rajin berbunga, sehingga sulit untuk diperbanyak melalui perkembangan generatif, baik secara alamiah maupun melalui proses laboratorium/botolan.

BPG tidak tahu apakah yang telah diperjualbelikan secara bebas dengan harga yang murah (50K) merupakan keberhasilan dari proses kultivasi ataukah konservasi eks-situ oleh para pecinta anggrek. Walaupun di stand-stand anggrek mudah didapatkan, namun kegiatan konservasi in-situ sebaiknya jangan sampai berhenti. Apalagi pecinta anggrek luar negeri telah melangkah jauh di depan kita dengan menciptakan hibrid-hibrid dan membudidayakannya secara modern.

Habitat dan Persebaran

Anggrek terestrial yang memiliki tinggi antara 30 – 45 cm (walau di BPG tingginya tidak sampai 15 cm, kecuali kalau daunnya menegak) ini pertama kali ditemukan tahun 1897 oleh Herrn J. Bekking, yang kemudian Johanes Jacobus Smith (J.J.Sm.) Belanda mendeskripsikannya pada tahun 1900. Spesimennya berasal dari lereng atau hutan-hutan berhumus yang berada di Gunung Semeru Jawa Timur pada ketinggian 200 – 700 meter.

Meski ada yang mengatakan kalau anggrek ini ditemukan di luar Jawa (Sulawesi), namun mayoritas referensi menyatakan jikalau anggrek ini merupakan anggrek endemik gunung Semeru, Jawa Timur.

Etimologi

Paphiopedilum: dari kata paphia ada juga yang mengatakan paphos (Yunani), kotanya Dewi Aphrodite dalam mitologi Yunani yang terletak di Cyprus, sedangkan pedilon artinya selop/sepatu dalam bahasa Yunani.

glaucophyllum: ‘glaucus’ ungu hijau (warna lip) dan “phyllus” menggambarkan helai kelopak punggung yang berwarna hijau biru keputihan.

Anggrek Selop, Anggrek Kasut, Anggrek Sepatu, Anggrek Kantung Semar, Slipper Orchid:  bentuk labellum/lip yang nampak seperti selop.

The Shiny Blue Green Leaf Paphiopedilum: diambil dari warna daunnya yang berbentuk lonjong dengan panjang 30 cm.

Anggrek Kasut Berbulu : bentuk lip seperti kasut dan petalnya yang panjang melintir dan berbulu.

Tropical Ladys-Slipper: dari bentuk labellum dan asal habitatnya dari daerah Asia (Tenggara) yang beriklim tropis. Lips juga bertotol-totol.

Morfologi

Berbunga sepanjang tahun. Per kuntum dapat mekar hingga 20 hari. Dalam satu tangkai ibu terdapat 3 – 5 kuntum. Rentang masa antara gugur bunga sebelumnya dengan mekar bunga sesudahnya antara 2 – 3 minggu, bahkan bisa kurang tergantung kondisi lingkungan dan tanamannya.

Sepal dorsal (cepala dorsalis) warna dasar hijau mengkilat dengan kumpulan titik berwarna ungu dan coklat membentuk corak garis yang menarik, ukuran 3 cm.
Sepal lateral bersatu membentuk sebuah synsepalum, jika dilihat dari depan sepal ini tertutup oleh lip
Petal berbentuk pita berpilin dengan sebaran corak atau garis-garis tebal berwarna ungu coklat, dari ujung ke ujung mencapai 8 cm, pada tepiannya terdapat rambut-rambut halus
Semua perhiasan bunga Paphiopedilum glaucophyllum memiliki permukaan mengkilat dengan lapisan lilin di bagian epidermisnya.
Tangkai bunga, daun pelindung, dan kuncup/knop bunga berbulu halus dan dihiasi spot-spot ungu di sana sini
4 – 6 helai, oblong langset (lonjong), ujung membulat, relatif tebal, panjang ± 30 cm, lebar 4 – 6 cm, warna hijau kebiruan, terdapat rambut-rambut halus (ciliate) di bagian tepinya.
4 – 6 helai, oblong lanset (lonjong), ujung membulat, relatif tebal, panjang ± 30 cm, lebar 4 – 6 cm, warna hijau kebiruan, terdapat rambut-rambut halus (ciliate) di bagian tepinya.
Bulb tidak terlihat dan tertutup seludang daun. Anakan tumbuh di sekitar tanaman induk. Bisa lebih dari satu anakan dalam sekali periode. Perbanyakan vegetatif secara pemisahan rumpun (split) atau tunas anakan. Akar hanya terdiri dari beberapa utas saja dan berukuran besar

Sinonim

  • Cordula glaucophylla
  • Cypripedium glaucophyllum
  • Paphiopedilum glaucophyllum f. flavoviride
  • Paphiopedilum moquetteanum f. flavoviride
  • Paphiopedilum victoria-regina subsp. glaucophyllum
  • Paphiopedilum victoria-regina subsp. glaucophyllum

Cara Perawatan

Media boleh memakai humus/tanah gembur atau kompos yang dicampur serasah atau cacahan pakis dengan toping moss. Di dataran rendah mutlak diletakkan pada area yang teduh, terhindar dari hujan dan panas.  Apalagi genus ini juga menyukai kelembaban yang tinggi dengan intensitas cahaya matahari yang sedikit saja. Tetapi perlu diperhatikan betul-betul mengenai penyiraman agar tidak membusuk. Intensitas nya disesuaikan dengan media tanamnya.

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dendrobium Black Cat, Dendro Kucing Hitam yang Berlapis Beludru

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak banyak informasi tentang Dendrobium Black Cat, si Dendrobium hibrid yang sepal dan petalnya seakan dilapisi beludru ini. Yah … anggrek-anggrek hibrid memang dinikmati kecantikan bunganya. Jadi informasi atau datanya biasanya dikesampingkan.

Seperti kebanyakan Dendro lainnya, DBC juga mudah dirawat dan senang terpapar sinar matahari, sehingga batang dan daunnya akan berwarna keunguan atau kemerahan.

Bunganya dapat mencapai 25 kuntum, bahkan lebih, sesuai dengan kondisi lingkungan dan plantnya. Warna petal dan sepal ungu maron gelap (dianggap sebagai warna hitam dalam dunia anggrek) yang permukaannya seperti beludru. Terkadang muncul 2 tangkai bunga, namun totalnya tetap kurang lebih 25 kuntum.

Indukan dari DBC adalah dendro-dendro silangan, antara lain : Dendrobium Grace Okabe, Dendrobium Bonnie, Dendrobium Sandy Ahu, Dendrobium Red Choice, Dendrobium Kristen Ann, dan Dendrobium Claire. Sedangkan moyangnya (species ancestors) adalah Dendrobium bigibbum var. superbum (62,24%), Dendrobium bigibbum (18.07%), Dendrobium bigibbum var. schroederianum (10.15%), Dendrobium taurinum (5.27%), dan Dendrobium discolor (3.25%), serta Dendrobium tokai (0.99%).

Karena kecantikannya pula, DBC pun dijadikan indukan dari silangan-silangan berikutnya seperti Dendrobium Black Magic, Mangosteen, Dendrobium dr. Poyck X Black Cat, Dendrobium Sayori, Dendrobium Red Maroon, Dendrobium Lake Land, Dendrobium Regina Beauty, Dendrobium Y. Y. Hattal, Dendrobium Red Jewel.

Dendrobium Black Cat diregistrasi di RHS/Royal Horticulture Society oleh K.Vejvarut pada tahun 1999. Dan kurang lebih setahun kemudian BPG membelinya. Tentu saja masih mahal waktu itu, hampir 3x harga dendro biasa.

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Cymbidium bicolor Lindl: Kimbidium Dwiwarna, The Two Colored Cymbidium, Anggrek Uncal, Lau Pandan

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bunga dan sosoknya sangat mirip banget dengan Cymbidium aloifolium, sehingga tak mengherankan apabila dulunya Cymbidium aloifolium sempat menjadi namanya. Keduanya membutuhkan syarat-syarat kondisi lingkungan yang sama, begitupun dalam hal perawatan yang juga sama. Perbedaan dari keduanya memang sedikit, yakni pada daun dan labellum bunganya.

Section Cymbidium subspesies pubescens

Di alamnya, anggrek epifit simpodial ini menempel pada pohon-pohon yang agak terlindung dari sinar matahari pada hutan-hutan tropis atau hutan-hutan dataran rendah, tebing sungai, atau sabana/padang rumput, perbukitan, atau hutan sekunder dengan wilayah sebaran mulai dari Semenanjung Malaya, Kalimantan/Borneo, Jawa, Sulawesi, Sumatra dan Philipina pada dataran rendah hingga 1100 m dpl. Ada juga yang menyatakan elevasinya 400 (atau 800) – 1100 mdpl. Seperti anggota genus Cymbi lainnya, anggrek ini menyukai sinar langsung. Karenanya letakkan pada area yang masih terkena sinar meski hanya beberapa jam saja.

Umbi semu jorong pipih tertutup upih daun dengan panjang sekitar 7 cm.
Daunnya seperti pita yang menyerupai talang, ujung miring, berlobus dua tidak sama besar, lebar 3 – 4 cm. Jumlah daun antara 4 – 8 per bulb. Daun yang sehat berwarna hijau muda atau hijau mengkilap. Jika daun berwarna kuning terang atau terdapat bintik-bintik, itu artinya adalah anggrek terlalu banyak menerima pancaran sinar matahari. Jika daun berwarna hijau tua, berarti anggrek terlalu sedikit menerima pancaran sinar matahari. Karena itu disarankan untuk menggeser/memindah media tanamnya ke area yang tepat/ideal yang dapat dilihat dari perubahan warna daunnya.
daun tampak atas
ujung daun yang dapat dibedakan dengan Cymbidium aloifolium, meski terkadang juga sangat tipis perbedaannya, sehingga dapat membingungkan

Masa berbunga 4 minggu, diameter 4,5 – 5 cm, 8 – 25 per malai, inflorescence mirip untaian liontin yang menjuntai. Benar-benar splashy. Bunga yang terdekat dengan pangkal malai biasanya mekar duluan, disusul kuntum-kuntum atasnya. Malai keluar dari pangkal umbi, menggantung dan dapat mencapai 30 cm panjangnya. Di kebun BPG yang terletak di dataran rendah (± 92 mdpl) jumlah bunga tidak lebih dari 10 kuntum dengan masa mekar kurang lebih sekitar 2 minggu saja. Padahal sepal dan petal nampak dilapisi lilin yang mengisyaratkan jikalau bunga tahan lama mekarnya. Tapi gpp lah, tetap disyukuri, karena di daerah dan lingkungan idealnya, anggrek menunjukkan baktinya dengan berbunga indah dan cantik, alhamdulillah.

mirip untaian liontin
buds/kuntum
Akar berwarna coklat dengan ujung kekreman, permukaan agak kasar

Media Tanam. Anggrek dapat ditempel pada pohon atau kayu atau papan pakis bila ditanam secara epifit. Sedangkan bila ditanam ala pot, medianya dapat berupa potongan ranting-ranting atau dahan kering berukuran 5 – 10 cm. Ranting dapat juga dicacah. Bahkan anggrek juga dapat ditanam begitu saja pada pot tanah liat tanpa media apapun. Saat masih dalam masa adaptasi lebih baik anggrek diletakkan dahulu pada area yang cukup terlindung dari sengatan sinar matahari. Bila menanamnya dalam pot, sebaiknya media tanam agak banyak hingga mencapai permukaan pot agar kelak bila berbunga, kuntum-kuntumnya dapat bebas mekar sempurna dan tidak terhalang apapun.

Repotting dan Split dilakukan apabila rumpun sudah padat, dengan membuang akar-akar tua dan busuk, mengganti media tanamnya dengan yang baru. Mungkin beberapa penganggrek merasa eman-eman untuk mengganti media tanamnya karena kaya akan zat-zat organik yang dibutuhkan anggrek. Untuk menyiasati agar pH-nya tidak terlalu asam ditambahkanlah arang, abu, atau bahan-bahan berbasa lainnya sampai dicapai pH yang ideal. Jika ingin mengganti total media tanamnya, sebaiknya tetap mengikutkan media lamanya agar anggrek lebih cepat beradaptasi. Sisa media lama yang lapuk dapat diletakkan di permukaan media sebagai pupuk alami. Dianjurkan untuk tidak melakukan split terlalu agar tidak memakan waktu lama untuk berbunga, walaupun hal ini juga relatif sifatnya. Sekali lagi dalam penanamannya bulb harus berada di atas permukaan media tanam.

Pemupukan. Air siraman dapat dicampur dengan larutan pupuk rumput laut (seaweed) untuk mengurangi shock (tips dari penganggrek luar negeri). Kalau yang lebih murah dan mudah dapat menggunakan air bekas cucian beras atau rendaman kulit bawang merah dan atau bawang putih.

Sinonim. Cymbidium aloifolium; Cymbidium aloifolium var pubescens; Cymbidium bicolor subsp. obtusum ; Cymbidium bicolor subsp. pubescens; Cymbidium celebicum; Cymbidium crassifolium; Cymbidium flaccidum; Cymbidium mannii; Cymbidium pubescens; Cymbidium pubescens var. Celebicum.

Sub spesies: subsp. bicolor (endemik Semenanjung India dan Sri Lanka);

ssp. obtusum (Jawa, dan lain-lain).  Sinonim: Cymbidium crassifolium; Cymbidium flaccidum; Cymbidium mannii, Cymbidium pendulum, Cymbidium bicolor sensu.

sub species pubescens (Lindl.) : Kalimantan (Borneo), Malaysia, Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Philipina. Sinonim: Cymbidium celebicum; Cymbidium pubescens; Cymbidium pubescens var. celebicum.

Tips Perawatan Anggrek Cymbidum dari Berbagai Link

  • Jangan menggunakan ulang penopang dari tanaman lain, karena penopang tersebut dapat menularkan infeksi.
  • Pangkas hanya ketika batang bunga berubah warna menjadi cokelat. Ketika semua bunga sudah rontok dan tangkai berubah cokelat, potong agar tidak banyak energi/makanan yang dikirimkan ke tangkai bunga.
  • Saat anggrek masih dalam penyesuaian/adaptasi, baik pada area maupun pot baru (habis displit, misalnya), letakkan pada area ternaung selama beberapa hari. Penyiraman seperti biasanya, namun lebih baik dijarangkan agar bulb dan akar tidak membusuk.
  • Disarankan mengisolasi tanaman baru selama dua (beberapa) minggu dari tanaman lain agar apabila terserang hama dan penyakit dapat diambil tindakan sesegera mungkin dan tidak menular ke tanaman kesayangan lainnya.

Kondisi Lingkungan. Suhu: 15° – 26° C (sejuk). Alhamdulillah di kebun BPG yang panas (27° – 35° C), anggrek dapat berbunga. Kelembaban: 60 – 80%. Sirkulasi udara cukup lancar.

Catatan:

Genus Cymbidium termasuk genus yang menakjubkan. Sebagian spesies hidup secara epifit, sebagiannya terestrial, dan sedikit di antaranya bersifat mycoheterotrop atau tergantung sepenuhnya pada jamur micoriza.

Ciri khas dari genus ini adalah bentuk lips/labellum-nya yang seperti sampan (kymbes, Yunani = sampan/dayung/perahu).  Cymbidium terestriallah yang paling banyak dikultivar dan dihibridasi. Hasilnya adalah bunga-bunga spektakuler dengan berbagai corak serta warna yang sangat menakjubkan.

Apapun problematikanya, upaya pelestarian anggrek sangat penting bahkan menjadi keharusan mengingat laju kepunahannya yang sangat cepat, utamanya karena berubah fungsinya hutan, serta eksploitasi/perambahan anggrek secara berlebihan.

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Cattleya Mantinii, Anggrek Hibrid Amrik Latin yang paling Tersohor di Indonesia

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Rasanya inilah anggrek hibrid Amerika Latin yang paling populer di Indonesia. Bahkan di pelosok-pelosok desa dapat kita temukan anggrek ini menempel cantik pada pohon-pohon di halaman rumah-rumah penduduk. Warna ungu gradasinya tampak kalem dan mempesona. Bentuk bunganya juga indah. Pada sudut tertentu mirip angsa yang sedang mengembangkan sayapnya. Sangat mudah dirawat serta rajin berbunga. Setahun dapat mekar beberapa kali sesuai kondisi lingkungan dan plant-nya. Walau biasanya hanya berbunga 2 kuntum saja, namun ada yang melaporkan jumlah bunga dapat mencapai 9 kuntum. Itulah si cantik Cattleya Mantinii, yang namanya diambil dari nama peregistrasi, Mantin.

Di Indonesia anggrek hibrid tipe simpodial ini sering ditulis atau diucapkan dengan nama Mantinii (kadang hanya Mantini) saja, atau Catty Mantinii.

Jumlah daun 2 helai, tebal dan kaku. Meski memiliki warna dasar sama, namun terdapat variasi warna bunga yang berbeda, yakni ungu tua, muda serta gradasinya.

Agroklimat (Cara Tanam) dan Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar Anggrek Tumbuh Maksimal

  • Media

Umumnya pot dengan bermedia arang. Di kebun BPG, media tanamnya cacahan ranting. Atau ada juga yang menempelkannya pada pohon atau pun potongan kayu.

  • Sinar Matahari

Bila area tumbuhnya terkena sinar matahari, anggrek akan tumbuh subur plus rajin berbunga. Tidak perlu dijemur seharian ya … cukup beberapa jam saja. Ada yang menyatakan kebutuhan intensitas matahari umum Cattleya hanya 30 – 50 %, selebihnya tanaman tersebut harus diberi naungan, dari paranet. Pilihan ini dapat kita aplikasikan sesuai dengan kondisi lingkungan kebun kita.

  • Penyiraman dapat dilakukan 2 hari sekali

Yang terbaik adalah pada pagi hari sebelum jam 07.00, atau sore hari jam beberapa jam sebelum terbenam (menyesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat). Terpenting jangan menyiram saat suhu masih panas.

  • Kelembaban: 50 – 80 %.
  • Aerasi  harus lancar.
  • Pupuk

Biasanya dilakukan seminggu sekali. Ada yang memakai pupuk pabrikan atau pupuk organik atau banyak juga yang memberikan pupuk alami dai sisa-sisa dapur seperti air cucian beras atau ikan/daging atau air cucian taoge, ampas teh, kulit telur, kulit pisang, dan lain-lain. Pemberian pupuk yang mengandung silika dapat memperkuat jaringan tanaman sehingga lebih tahan serangan penyakit dan hama.

Pemupukan akan lebih efektif apabila diberikan pada permukaan daun bagian bawah karena daun mampu menyerap pupuk sekitar 90%, sedangkan akar hanya mampu menyerap sisanya. Hal ini disebabkan pupuk/zat-zat hara dapat menembus kutikula dan stomata sehingga langsung masuk ke dalam sel jaringan.

  • Menghindarkan knop dari air

Ada yang memberikan tips agar tidak knop tidak terkena air siraman atau pun air hujan karena biasanya calon bunga alias knop bunga akan layu dan tidak dapat mekar.

  • Untuk mencegah hama dan penyakit, lakukan peyemprotan insektisida, fungisida dan bakterisida secara rutin seminggu sekali.
  • Repotting atau penggantian pot bisa dilakukan 1 sampai 2 tahun sekali. Tujuannya mengganti media untuk mempertahankan keasaman media. Anggrek cattleya membutuhkan tingkat keasaman (PH) normal, sekitar 7.

Ciri Anggrek Cattleya yang Rajin Berbunga

Setiap anggrek Cattleya memiliki tipe rentang waktu berbunga yang berbeda-beda. Ada yang memang dari ‘sononya’ sudah rajin berbunga dan ada juga yang ‘malas’ dalam artinya periode dormant untuk berbunga sangat panjang. Karakter terakhir ini biasanya dimiliki oleh Cattleya berdaun tunggal. Umumnya daun yang lebar dan pendek menandakan anggreknya rajin berbunga, berlaku juga untuk sebaliknya. Namun apapun anggrek yang kita miliki, kalau kita rawat dengan sebaik-baiknya, insya Allah pasti akan berbakti. Saat the bloom is coming, seakan-akan hilanglah sudah segala jerih payah dan senewen kita dalam merawatnya. Selain itu, anggrek yang banyak atau sering bertunas prosentase kesempatan berbunga juga akan semakin besar.

Kontroversi dan Kabar-kabar Cattleya Mantinii

Kabarnya ada 3 anggrek yang bernama Cattleya Mantinii. Wah tentu membingungkan ya …? Tidak apa-apa kok. Insya Allah dengan membaca terus, maka pengetahuan kita akan anggrek ini juga akan semakin bertambah, dengan begitu kita g akan bingung lagi. Ketiga Cattleya Mantinii itu adalah ….

Cattleya mantinii

Salah satu anggrek spesies dari genus Cattleya yang dideskripsikan oleh Mantin, pakar anggrek Amerika Latin. Namun pernyataan atau informasi ini tidak banyak didukung oleh sumber-sumber akurat lainnya. Plantnya pun hingga kini tidak/belum diketahui atau masih misterius. Foto plant juga tidak ada atau hanya sekedar ilustrasi gambar saja.

Cattleya Mantinii 1894

Diregistrasi oleh Mantin dari indukan Cattleya dowiana dan Cattleya bowringiana, dengan besaran kombinasi 50% – 50%. Di kemudian hari, Cattleya Mantinii ini diubah namanya menjadi Cattlianthe Mantinii. Perubahan ini diakibatkan karena salah satu induknya, Cattleya bowringiana, telah dipisahkan dari genus Cattleya ke dalam genus tersendiri, Guarianthe. Hingga saat ini wujud dari bunga asli atau bunga awal masih misterius. Belum ada literatur yang memiliki foto asli specimennya. Gambaran hibrid ini hanyalah berupa sketsa yang dibuat oleh ilmuwan dari Harvard University. Namun meski begitu ada juga laporan-laporan bahwa Cattlianthe Mantinii juga telah dijadikan indukan persilangan-persilangan berikutnya baik sebagai seed parent maupun pollen parent. Mungkin indukan ini merupakan hasil persilangan terkemudian yang dilakukan para pelaku anggrek berdasarkan cara yang dilakukan oleh Mantin, atau dengan kata lain bukan anggrek hibrid asli hasil hibridasi dari Mantin.

Cattleya Mantinii 1898

Masih diregistrasi oleh Mantin dari indukan Cattleya grandis (seed parent) dengan Cattleya purpurata (pollen parent) dengan rasio dominan sebesar 50% – 50%. Inilah Cattleya Mantiniiyang umum di Indonesia. Konon kabarnya dibawa oleh para biarawati dari daratan Eropa.

2 derivat terakhir ini dikabarkan sebagai primary hybrid, bahkan diduga natural hybrid. Keduanya teregistrasi di RHS (Royal Horticultural Society) yang merupakan lembaga registrasi khusus anggrek silangan/hybrid.

Kalau membaca data terakhir ini tentunya RHS tidak sembarangan ya menerima Cattleya Mantinii yang berasal dari tahun 1898 karena sudah ada Cattleya Mantinii di tahun 1894. Karena indukannya tidak sama, tentunya harus ada nama baru untuk Cattleya Mantinii 1898, wallahu a’lam bishshowwab.

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bulbophyllum mutabile [Bl.] Lindl., Bulbophyllum yang Paling Unik dan Bervariabel

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tak banyak informasi mengenai Bulbophyllum Variabel, anggrek yang berukuran kecil ini. Berbagai link yang memuat tentangnya, informasinya hampir sama dan serupa. Jadi, jikalau tulisan BPG ini juga sama dan serupa dengan yang ada sebelumnya, ya… apa boleh buat? … 🙂

Keunikan Bulbophyllum mutabile

Rasanya tak afdhol kalau bicarakan bulbo tanpa membicarakan keunikannya. Bulbo yang satu ini memiliki keunikan di atas rata-rata. Apapun yang ada pada bulbo dari section Stachysanthes ini begitu variatif. Awalnya dinamakan mutabile karena warna sepal dan petalnya dapat berubah dari kehijauan menjadi oranye, karena itu namanya ditranslet sebagai nama internasionalnya, The Variable Bulbophyllum. Namun sekarang ini, berdasar gambar-gambar yang bertebaran di berbagai situs anggrek nama variabel tersebut boleh diganti dengan istilah variatif. Hal ini mengacu banyaknya variasi dalam sosok bulbo ini, mulai ujung lip hingga ujung akarnya berbeda-beda antar plant satu dengan lainnya atau antar daerah asalnya. Tentu saja dengan banyaknya variasi ini akan menyulitkan kita untuk mengidentifikasinya. Jangankan pemula, pemain anggrek lama pun juga merasa kesulitan. Mari kita lihat satu-persatu keistimewaan bulbo yang dapat dikatakan variabel atau variatif.

Kevariatifan Kuntum Bunganya

Warna keduanya mulai dari putih, krem, kekuningan, kehijauan, hingga oranye pada sepal dan petalnya, sesuai dengan daerah asal atau kondisi lingkungannya. Ada kuntum yang dapat mekar sempurna, ada pula yang tidak. Kuntum bunga ada yang resupinate (berputar tegak lurus dengan lips pada bagian bawah) dan ada juga yang tidak/supinate, seperti yang ada di kebun BPG ini. Bentuk kuntumnya juga bervariasi, ada yang ‘cakar’nya saling berhadapan dengan ujung runcing, namun ada pula yang tidak berhadapan dengan ujung ‘cakar’ tumpul. Tangkai bunga muncul dari depan atau ketiak daun atau bahkan ada yang langsung dari rimpangnya. Karakter seperti ini langka dalam genus Bulbophyllum. Seperti Bulbophyllum lainnya, bulbo yang satu ini juga berbunga tidak kenal musim (sepanjang tahun).

Kevariatifan Sosok Tanaman

Ukuran tanaman bervariasi, ada yang kecil mungil hingga semi small. Ukuran terbesar dari jenis ini berada di Sumatera yang dikenal dengan nama Bulbophyllum semipellucidum (sinonim). Namun bulbo yang satu ini telah dipisahkan ke dalam spesies tersendiri dan merupakan endemik Sumatra.

Bulb baru atau tunas anakan selain tumbuh dari pangkal bulb induk, juga dapat tumbuh dari rhizomenya. Bulbnya berukuran kecil dan terkaver (hampir) penuh oleh rhizome. Bulb baru dapat muncul dari bulb indukan yang berada di ujung rhizome atau muncul dari tengah-tengah rimpang. Tidak semua bulb memiliki akar, hanya bulb tua yang memilikinya. Akarnya juga termasuk besar ukurannya untuk genus bulbo. Jumlahnya hanya beberapa utas saja. Padahal Bulbo dikenal mempunyai akar yang ramai.

Persebaran Bulbophyllum mutabile

Sulawesi, Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Malaysia (Semenanjung, Sabah), Philipina, dan Thailand dengan elevasi antara 1.100 – 2700 m dpl. Di kebun BPG anggrek berasal dari ketinggian 1.800 mdp. Alhamdulillah mau adaptasi dan berbunga.

Habitat Bulbophyllum mutabile

Menempel pada pepohonan di hutan-hutan yang berkelembaban tinggi.

Morfologi Bulbophyllum mutabile

Rimpang mendatar hingga tegak. Permukaan coklat kering, hingga kita sering mengiranya plant telah mati, padahal sebenarnya tidak. Dari rimpang ini dapat tumbuh bulb baru dan beberapa kasus ditambah muncul tangkai bunga. Jarak ruas (internode) 5 mm – 1,5 cm.

Diameter bunga sekitar 3 mm (saat mekar sempurna) dengan lama mekar 2-3 hari.

skala dengan gelang karet

Bulb berukuran kecil (kadang ada juga yang besar) hampir-hampir tak kelihatan dan berkelatan satu sama lainnya dalam rimpangnya, sehingga nampak seperti bercabang-cabang. Perbanyakan dapat dilakukan dengan memecah rumpunnya 3 – 4 pseudobulbs.

Hanya satu helai daun yang tumbuh tegak pada puncak pseudobulb. Permukaan daun mengkilap. Daun nampak gemuk dan tebal, berbentuk lonjong atau elips dengan ujung tumpul. Namun ada juga daun yang lebih tipis dan lebih lebar. Pangkal dari merupakan bagian daun yang paling gemuk dan dari pangkal daun inilah tangkai bunga muncul membawa 2 kuntum bunga, walau terkadang ada juga yang dijumpai hanya satu kuntum saja.

Ujung daun

Warna labellum lebih kuat dibanding sepal dan petalnya. Sepal lebih panjang dibanding petal.

Kebutuhan Hidup Bulbophyllum mutabile

Temperatur: 18 – 30 °C. Di kebun BPG suhu terendah 19 °C , tertinggi 35 °C, rata-rata 27 – 32 °C. Alhamdulillah anggrek dapat berbunga.

Kelembaban: 70 – 80%. Di kebun BPG ada 4 pohon, ditambah media lumut hutan hidup, sehingga kelembaban terjaga.

Sirkulasi udara: lancar

Sinar: teduh

Penyiraman: sehari sekali atau sesuai dengan kebutuhan (disesuaikan dengan karakter media dan kondisi lingkungannya)

Media: pot/keranjang, potongan kayu, pohon yang ditutup dengan lumut, sabut kelapa, rambut-rambut pakis, atau media lain yang menjaga kelembaban. Di kebun BPG anggrek ditempel/diikat pada potongan kayu dan digantungkan pada tempat yang teduh, yakni di bawah pohon.

Sinonim Bulbophyllum mutabile

Bulbophyllum altispex

Bulbophyllum ceratostyloides

Bulbophyllum illudens

Bulbophyllum mutabile var. ceratostyloides

Bulbophyllum mutabile var. mutabile

Bulbophyllum mutabile var. obesum

Bulbophyllum pauciflorum

Bulbophyllum pokapindjangense

Bulbophyllum semipellucidum

Callista brachypetala

Dendrobium brachypetalum

Diphyes mutabilis

Phyllorchis mutabilis

Phyllorkis mutabilis

Di beberapa daerah, penduduknya menggunakan dedaunnya sebagai jamu-jamuan sebagai obat penurun panas.

Meski dulu tidak dianggap sebagai anggrek hias, namun dengan naiknya trend anggrek-anggrek mungil, Bulbophyllum mutabile dapat menjadi pilihan yang menawan.

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Oberonia similis Lindl., Anggrek Peri Endemik Jawa

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sosoknya mudah dibedakan dari genus lainnya, tetapi sulit untuk diidentifikasi dengan sesamanya. Membanding-bandingkan sekitar 330 Oberonia tentu bukanlah hal yang mudah dikarenakan kemiripan plantnya. Apalagi tidak semuanya memiliki informasi yang lengkap. Bunganya yang kecil-kecil menambah kesulitan dalam pengidentifikasiannya karena sulit diamati dengan mata telanjang. Namun, berpatokan pada asal anggrek, dari ratusan jenis tersebut akan dapat kita kerucutkan menjadi puluhan spesies atau bahkan satuan jenis. Akhirnya, terpilihlah nama Oberonia similis sebagai nama binomial anggrek ini. Oberonia sendiri sering disebut sebagai Anggrek Peri.

Seperti spesies maupun genus lain dalam Tribe Malaxideae, The Similar Oberonia bunganya juga kecil-kecil, berderet-deret dalam satu tangkai dengan jumlah hingga ratusan kuntum. Ukuran kuntum hanya beberapa mm saja atau < 2 mm. Warna kuning pucat, mahkota melonjong.

Tangkai bunga silinder, keluar dari tengah-tengah batang atau terminal, panjang sekitar 10 – 15 cm. Melengkung tidaknya tangkai bunga tergantung cara tumbuhnya plant, apakah tegak ataukah menggantung. Bila plant tegak, inflorescens biasanya akan melengkung. Bila plant menggelantung, tangkai bunga akan hampir atau lurus.

Batang semu/pseudobulb tak tampak, tertutup  rapat-rapat oleh seludang daun. Panjang ± 8 cm atau termasuk anggrek berukuran kecil.

Daun 6 helai, bentuk seperti segitiga memanjang atau pisau, panjang 8-11 cm, lebar 0,8-1,2 cm, pipih berdaging, permukaan daun halus. Susunan daunnya mirip kipas.

Keberadaan Iridorchis similis hanya ada di hutan-hutan primer Jawa (endemik Jawa) dengan kelembaban tinggi pada ketinggian antara 600 – 2.100 meter. Biasa menempel pada pohon Beringin-beringinan (Ficus sp.), Cycas rhumpii, Hydnophytum sp., Mangifera sp. (mangga hutan), Szygium sp., atau Pinus (Pinus merkusii). Karena menyukai kondisi yang lembab, umumnya anggrek ditemukan hidup berdampingan dengan lumut, paku-pakis, atau tumbuhan epifit lainnya yang mampu menjaga kelembaban.

Seperti umumnya anggrek epifit, ketinggian tempat tumbuh Oberonia menempel pada suatu pohon juga tidak terlalu tinggi, yakni sekitar 2 – 15 meter dari permukaan tanah. Pada ketinggian rendah hingga sedang seperti ini cahaya/sinar matahari yang diterima tidak terlalu terik (sekitar 60%), kelembaban juga lebih terjaga. Karenanya, bila diadaptasi ke dataran rendah, anggrek harus diletakkan pada area yang teduh dengan menyertakan media yang bersifat menyerap air, seperti sabut kelapa atau lumut, baik kering maupun segar.

Sosoknya yang termasuk kecil dan unik memang cocok hadir di kebun kita yang g seberapa luas. Apalagi tanpa berbunga sekalipun, tampilannya sudah cantik, mirip kipas. Plant juga dapat diletakkan sedemikian rupa sesuka kita, bisa miring, menghadap ke atas, atau menggelantung. Di kebun BPG, plant dihadapkan ke bawah (menggelantung).

Meski belum termasuk anggrek hias atau anggrek hortikultura (diperdagangkan), namun anggrek ini dan semua jenis anggrek Indonesia dimasukkan ke dalam CITES Appendix II, artinya tidak diperjualbelikan secara bebas ke luar negara. Beberapa situs dalam negeri menjual Malaxis similis dengan harga ratusan ribu. Mungkin karena kelimpahan populasinya termasuk jarang. Hal ini disebabkan karena kerusakan yang besar pada habitatnya. Dari faktor internnya, anggrek tidak dapat beradaptasi dengan baik dari perubahan iklim dan cuaca yang ekstrim. Apalagi pertumbuhannya termasuk lambat.  Ukuran bunga dan seedpot yang kecil juga akan gampang lepas dari tangkainya oleh deraan angin dan hujan. Atau terlindas oleh pergerakan hewan-hewan besar, sehingga populasinya juga rendah. Kuntum bunganya yang kecil (± 0,2 cm) juga sulit untuk diserbuki oleh serangga.

Perawatan pada Dataran Rendah

Titania similis wajib atau harus diletakkan di area yang teduh/ternaung. Sinar yang menerobos dari dedaunan atau sinar pagi selama beberapa jam masih dapat ditoleran. Kelembaban harus terus dijaga. Agar tidak sering menyiram, dapat ditambahkan media yang dapat menyerap air atau menjaga kelembaban seperti lumut, sabut kelapa, dan lainnya.

NB:

Ada yang melaporkan bahwaOberonia similis ditemukan juga di Sulawesi Selatan. Namun BPG akan meragukan informasi ini dengan beberapa pertimbangan, yakni:

  1. Tidak/belum ada sumber atau referensi lain yang menguatkannya. Beberapa penelitian yang dilakukan pada kawasan yang sama (Sulawesi Selatan) umumnya hanya menulis Oberonia sp. saja.
  2. Dari gambar/foto yang diunggah, meski warna bunga nampak sama dengan Oberonia similis, namun jumlah daunnya meragukan, yakni hanya empat helai daun.
  3. Kemungkinan sang penulis dalam pengidentifikasiannya tidak tepat.
  4. Secara logika rasanya sulit dimengerti jikalau anggrek ini juga tersebar di sana, sementara pulau-pulau tetangga Jawa terdekat tidak diinformasikan sebagai tempat asalnya.

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Schoenorchis juncifolia, Anggrek Jambul yang Unik

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Ada yang menyebutnya sebagai Anggrek Ekor Tikus atau Anggrek Bambu atau Anggrek Pensil. Padahal ketiga nama ini sudah populer dimiliki oleh anggrek lain. Jadi tidak dapat dipakai lagi agar tidak terjadi kesalahpahaman. Ada pula yang menyebutnya Anggrek Tirai Bambu. BPG tidak tahu apakah nama ini sudah ada yang memilikinya atau tidak. Yang lainnya menyebutnya Anggrek Taoge atau Anggrek Kecambah karena bentuk kuntumnya memang mirip kecambah. Kalau nama internasionalnya sih The Reed-Like Leaf Schoe atau kita sebut saja Anggrek Alang-alang. Bahkan ada juga yang menyebutnya sebagai Anggrek Wisteria. Ataukah kita sebut sebagai Anggrek Jambul? Tabung bunganya itu kan mirip jambul ya, apalagi arah bunga juga ke bawah seiring arah plantnya yang menggelantung. Anda suka nama yang mana? Kalau BPG suka nama yang terakhir.

Sebagai salah satu spesies pada tribe Vandeae subtribe Aeridinae, ciri-cirinya sebagai anggrek monopodial nampak tidak begitu kentara. Apalagi banyaknya bulb anakan yang berada di sekitar bulb batang induk semakin mirip dengan anggrek simpodial, walaupun pada bulb batangnya juga terdapat keiki. Akar udara yang merupakan ciri khas anggrek monopodial juga hanya beberapa utas, dan tidak semua plant terdapat akar udara ini, sehingga menyamarkan anggrek ini sebagai anggrek monopodial.


Umumnya tumbuh pada area yang lembab, sekitar sungai misalnya atau sumber mata air pada hutan-hutan di Jawa (Jawa Barat, Jawa Timur), Sumatera, dan Kalimantan pada ketinggian +1700 m dpl. Ada yang melaporkannya 800 – 1200 m. Tetapi anggrek yang ada di kebun BPG ini diperoleh pada ketinggian 1800 m. Selain ditemukan di hutan, Schoenorchis juga mampu bertoleransi dengan jenis-jenis pepohonan yang homogen, seperti pada pohon/perkebunan teh, jati, pinus, atau karet. Seringnya menempel pada percabangan/ranting terluar kanopi suatu pohon. Pada cabang atau ranting seperti itu sinar matahari yang diterima lebih banyak, namun tidak terlalu panas karena masih terhalang dedaunan. Selain itu kelembabannya juga tidak terlalu tinggi. Dan memang benar, BPG menemukan anggrek ini menempel pada ranting/cabang-cabang yang mendekati ujung kanopi. Warna daunnya juga kemerah-merahan, yang artinya mendapatkan siraman sinar matahari yang banyak. Di saat ranting atau cabang tersebut telah mendekati masa kering/mati, maka anggrek juga akan jatuh bersamaan dengan jatuhya ranting tersebut.

Daun
Warna dasar hijau. Terdapat warna keunguan yang muncul atau tersebar tidak merata. Bentuk gilig seperti pensil atau lidi. Panjang dapat mencapai 15 cm. Bentuknya memang mirip dengan daun Luisia sp., atau Pharaphalaenopsis sp. Atau bisa juga seperti anggrek Vanda teres. Memang akan sulit membedakannya dengan anggrek-anggrek tersebut apabila kita tidak mengamatinya secara mendalam.
Warna daun ini unik. Saat mendapatkan sinar yang cukup warnanya akan kemerah-merahan. Namun apabila kita tempatkan pada tempat yang kurang mendapatkan sinar, daun yang kemerah-merahan tersebut akan berubah menjadi hijau.

Akar
Akar merupakan pembeda yang nyata terhadap anggrek lain yang memiliki bentuk daun serupa.

Bunga
Bunga tidak mekar penuh, ukuran kecil (7 – 8 mm diameternya), berwarna putih dan ungu. Tabung bunganya mirip jambul. Memang dari samping nampak seperti kecambah. Dalam satu tangkai yang panjangnya dapat mencapai 10 cm terdapat puluhan (≤ 30) kuntum. Namun di kebun BPG, panjang inflorescence hanyalah 5 – 7 cm saja, muncul dari ketiak daun.
Berbunga tidak kenal musim, atau berbunga sepanjang tahun.

Pseudobulb
Serupa batang dan ramping tetapi kuat yang dibungkus oleh seludang daun. Pangkal dan batang yang telah tua akan berwarna coklat dan nampak kering. Batang menjuntai dan berayun-ayun bila tertiup angin. Memang nampak anggun ya.
Menurut Puspitaningtyas dkk., anggrek ini sering ditemukan di dataran tinggi. Pada saat ini yang mana teknik dan cara rekayasa sudah sedemikian maju, maka tak masalah bila anggrek juga dirawat di dataran rendah, asalkan cara-cara perawatannya sesuai. Dan BPG tinggi di dataran rendah yang panas pada ketinggian kurleb 92 m dpl.

Populasi
Dari beberapa penelitian, Saccolabium juncifolium tidak berada pada level yang mengkhawatirkan. Bahkan pada beberapa lokasi penelitian, populasinya melimpah. Mungkin karena bukan termasuk anggrek yang memiliki daya jual ya, sehingga tidak begitu dilirik para penggemar anggrek. Atau mungkin juga daya toleransi anggrek ini terhadap perubahan kondisi lingkungannya tinggi. Terbukti dengan ditemukannya anggrek ini pada perkebunan-perkebunan dengan vegetasi pepohonan yang homogen. Walaupun begitu, jangan sampai kita melakukan ekploitasi, apalagi berlebihan. Cukuplah barang 1 – 2 plant saja, agar sumber daya genetik ini dapat terjaga hingga di masa mendatang. Bahkan ada cara tanpa perlu mengambil secara paksa dari pohon inangnya, yakni menunggu anggrek ini jatuh bersama ranting/cabang pohon tempatnya menempel. Biasanya ini terjadi pada musim kemarau. Atau kalau di musim hujan anggrek jatuh saat pohon inangnya tumbang.

Sayangnya karena masih koleksi baru, BPG belum dapat membahas mengenai perbanyakannya. Hanya saja, umumnya anggrek monopodial, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara stek batang, yakni memotong batang yang sudah tua (pangkal atau yang dekat pangkal) beberapa cm tergantung besar kecilnya plant. Terpenting pada potongan itu terdapat 1 atau lebih akar yang sehat, agar pertumbuhan tunas anakan lebih cepat.

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mycaranthestjadasmalangensis (J.J.Sm.) Rauschert, Anggrek Indonesia Punya yang Terpinggirkan

 Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Membicarakan anggrek Mycaranthes tjadasmalangensis mau tak mau kita harus kembali ke masa lampau, masa dimulainya kontroversi mengenai Mycaranthes dan Eria. Sekedar diketahui, Mycaranthes hingga kini masih diperdebatkan.

 

Mycaranthes dan Eria

Para ahli memang belum mendapatkan titik temu apakah Mycaranthes itu merupakan section generaEria ataukah merupakan genus tersendiri. Kontroversi ini telah ada sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu.

Salah satu situs anggrek terbesar IOSPE memandang Mycaranthes adalah seksi genus Eria. Sedangkan Kew (the Singapore Botanic Gardens) dan Dr. Jany Renz (Swiss Orchid Foundation)berpendapat bahwa Mycaranthes merupakan genus mandiri. Sedangkan kelompok terakhir tidak mempersalahkan apakah Mycaranthes sebagai genus ataukah sebagai seksi.

 

Perbedaan Fisik Mycaranthes dengan Eria

Secara kasat mata, kalau kita lebih jeli mengamati, terdapat beberapa ciri fisik yang membuat Mycaranthes layak menempati genus tersendiri dalam susunan taksonomi. Dalam arti Mycaranthes mempunyai perbedaan yang banyak dan mencolok dibanding ciri keumuman genus Eria.

  • Percabangan dalam akar lebih banyak. Ukurannya juga kecil walaupun sosok plantnya besar.
  • Ujung daun lobe atau bercuping. Mayoritas Eria ujung daunnya lancip atau dua sisi lembar daunnya menyatu sempurna.

 

 

 

 

  • Bentuk amplop bunga menyerupai Vanda-vandaan atau seperti kepala burung dengan paruhnya.Eria lebih mirip kuncupDendrobium yang serupa koma dengan variasinya.
  • Perbungaan tumbuh aksial (di tengah-tengah ujung batang) dan lebih dari 1 tangkai.

 

 

 

 

 

 

  • Tidak terdapat lubang dari bekas tangkai bunga yang telah gugur/rontok.
  • Labellum terbuka lebar (mangap, Jawa) atau lebih ndower (melet), seperti logonya band rock Rolling Stone (J).

 

  • Tabung bunga nyaris tidak ada.
  • Pseudobulb mirip batang.

 

 

 

 

 

 

 

  • Epifit dan terestrial. Dengan tipe bulb seperti batang serta akar yang bercabang-cabang prosentase hidup secara terestrial sangatlah besar. Karakter akar yang seperti itu akan lebih dapat mencengkeram media tanah. Apalagi karakter daunnya juga berair dan lunak sehingga dapat mencegahnya dari pembusukan bila hidup di tanah.

 

 

Mycaranthes dan Pseudopollen

Yang memisahkan Mycaranthes dari Eria berpendapat bahwa adanya pseudopollen menjadi pembeda yang nyata. Lebih dari 90 tahun yang lalu, Beck telah mengamati secara mendetail morfologi pseudopollen yang merupakan salah satu material yang terdapat dalam labellum (Mycaranthes). Substansi seperti tepung ini berasal dari bulu-bulu yang terdapat pada labellum/lip dan kaya akanprotein dan kanji/starch – apakah yang dimaksud starch itu sama dengan karbohidrat? –.Meski penelitian akan pseudopollen telah lama dilakukan, namun kenyataannya pengetahuan akan pseudopollenini tetaplah masih sedikit. Dan, tentu saja bagi awam, metode ini tetap saja menyulitkan dan membingungkan.

Hingga kini, para ahli masih belum memiliki titik temu atas kontroversi dari Mycaranthesini.

BPG pribadi, yang notabene awam akan anggrek, cenderung memakai Mycaranthes sebagai genus. Alasannya tentu saja agar lebih mudah membedakannya dengan Eria. Dengan begitu kegiatan identifikasi akan jauh lebih gampang dan juga akan lebih menarik.

Dan genus Mycaranthestersusun dari 35 spesies yang tersebar luas di Sumatra, Kalimantan Borneo, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara (Lesser Sunda Islands), Thailand, Malaysia, Philipina, Laos, Myanmar, Vietnam, Tibet, Kamboja, Assam, sebagian wilayah China, dan Papua (termasuk juga New Guinea). Sumatra dan Kalimantan paling kaya akan spesies-spesies Mycaranthes.

Kemungkinan bertambahnya anggota spesies tetap besar dengan ditemukannya spesies baru atau transferan dari genus lainnya, termasuk dari genus Eria.

 

Tentang Mycaranthes tjadasmalangensis

Mycaranthes tjadasmalangensisanggrek Indonesia Punya. Benar-benar anggrek pribumi karena hanya ada di Sumatra dan Jawa. Dan Kediri termasuk salah satu wilayah persebarannya. Sayangnya belum ada nama Indonesia atau daerahnya. Karena itu sambil menunggu nama resmi Indonesianya, untuk sementara BPG akan menyebutnya sebagai Anggrek Cadasmalang, dari nama translatenya. Atau Anggrek Seje (Sumatra Jawa) ..he…he…he…

Sosoknya mirip Aerides atau Vanda. Sekilas apabila kita melihatnya, tentu kita akan mengiranya sebagai Vanda. Begitu juga apabila dilihat dari kejauhan. Yang tidak paham benar bisa jadi akan terperangkap Jebakan Batman.

Bunganya kecil, lebar ‘sayap’ 1 cm, tinggi juga 1 cm lebih sedikit. Aroma seperti wangi Kamboja, namun sangat lembut sekali dan hanya tercium di sekitar kuntum saja. Walau bagi kita tidak begitu tajam wanginya, namun tidak bagi para serangga polinatornya yang dapat mendeteksi aromanya dari jarak yang cukup jauh. Masa mekarnya hanya kurleb 5 hari. Namun karena dalam satu tangkai terdapat ratusan kuntum yang mekarnya bergantian, kita dapat menikmati pesonanya hingga 1 – 2 bulan, mungkin juga lebih.

Sepal lateral (sepal samping) sangat lebar bagaikan sayap yang sedang mengembang lebar-lebar. Sedangkan labellumnya sangat ndower. Di sinilah terdapat pseudopollen, yang merupakan ciri khas pembeda dengan genus Eria umumnya.

Daunnya tampak lunak dan berair. Permukaan seperti dilapisi lilin/waxy.

Anggrek ditemukan pada ketinggian sekitar 1800 m dpl. Menempel pada pepohonan yang memiliki tajuk lebar dan daun yang rapat, sehingga kondisinya teduh dan menerima (terobosan) sinar dari sela-sela dedaunan.

Tak banyak informasi yang dapat digali lebih dalam lagi mengenai anggrek ini.Kemungkinan disebabkan:

  • Belum ada penyelesaian/titik temu atas kontroversi anggrek ini.
  • Masih sebagai anggrek botani, belum (tidak) bernilai ekonomis dan hanya bermanfaat dalam bidang sains saja.
  • Bukan termasuk anggrek populer dan tidak banyak dilirik oleh penikmat anggrek karena bunganya kecil, sehingga pembicaraan mengenai anggrek ini di antara pecinta anggrek juga sangat minim.
  • Meski tersebar di Sumatra dan Jawa, mungkin hanya di titik tertentu saja habitatnya.

Saran BPG jikalau sobat menjumpai anggrek ini, jangan ragu-ragu untuk mengkoleksinya sebagai cara konservasi eks-situ, karena kalau bukan kita yang memberikan perhatian, lalu siapa lagi? Para penganggrek luar negeri saja menaruh perhatian, masa kita enggak?

masih piyik udah kelihatan Myca-nya

 

 

 

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh