Flying Club Penting untuk Bangkitkan General Aviation

Perkembangan general aviation atau penerbangan non niaga sangat lambat, beda dengan penerbangan niaga. Untuk membangkitkannya diperlukan adanya flying club atau klub-klub dirgantara, yang aktif berperan dalam berbagai kegiatan serta membina insan aviasi.

Memang belum banyak flying club di Indonesia, apalagi yang rutin berkegiatan. Sebut saja Indonesia Flying Club (IFC) yang berbasis di Pondok Cabe dan Asia Aero Flying Club (AAFC) di Cibubur, keduanya di Jakarta. Di Yogyakarta ada Jogja Flying Club (JFC) dan di Bandung ada Aviantara Flying Club. Ada juga Bogor Aero Sport Enthusiast Club (BASE Aviation Club) dan satu-dua klub sejenis di Bali, Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi.

“Sangat berharga adanya flying club di Indonesia, tapi tak banyak. IFC menjadi satu-satunya flying club saat ini yang memiliki kegiatan sangat positif dan memiliki sertifikat pengoperasian pesawat udara OC 91,” ujar Eris Herryanto, pendiri AAFC pada acara “Yearly Gathering IFC” di hanggar swayasa Pondok Cabe, Jakarta, Sabtu (1/2/2020).

Menurut Eris, flying club bisa menjadi ujung tombak dalam membangkitkan general aviation. Di klub bisa dilakukan berbagai kegiatan kedirgantaraan yang sangat bermanfaat bagi anggotanya. Pengalaman yang diperoleh di flying club bisa menjadi nilai plus dan wawasan tentang pentingnya keselamatan penerbangan.

Sebelumnya, Ketua IFC Sigit Samsu mengatakan, IFC mencoba membangun berbagai kegiatan yang erat kaitannya dengan general aviation. “IFC sudah melalui audit OC 91. Ini sangat berat karena banyak sekali yang harus dilakukan dan sosialisasi untuk memenuhi regulasi yang ada di DKPPU (Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara),” ungkapnya.

Sejak diperbarui tahun 2017, IFC sudah banyak melakukan kegiatan aviasi, terutama untuk memberikan wawasan dan tambahan jam terbang bagi pilot ab initio. “Kita perbaiki hanggar dan melakukan program gaining hours bagi ab initio. Mereka terbang cuma-cuma, dalam arti biaya perawatan pesawat dan asuransi gratis tapi membayar biaya fuel dan berkolaborasi dengan instruktur,” tutur Sigit.

Sampai saat ini, IFC sudah mengantarkan 16 pilot ab initio untuk bekerja di maskapai penerbangan. Tahun 2020 akan me-rating-kan pesawat Cessna Caravan bagi 14 pilot ab initio yang aktif di IFC.

Hadir pada acara kumpul-kumpul tahunan IFC itu para pecinta dirgantara dari generasi 1970-an sampai generasi milenial. Hadir pula Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma TNI Fajar Adriyanto dan mantan Direktur DKPPU yang sekarang menjadi Direktur Politeknik Penerbangan Indonesia (PPI) Curug, Capt Avirianto.

Avirianto mengatakan, “Saya yakin, general aviation di Indonesia bisa maju; bisa bersaing dengan operator niaga. Tinggal bagaimana kita bisa memantapkan regulasi yang ada, sehingga general aviation ini bisa kita banggakan.”

Ucapan itu senada dengan harapan yang diungkapkan Eris, setelah beranjang sana ke Amerika Serikat menghadiri kegiatan tahunan Experimental Aircraft Association (EAA) di Oshkosh. “Setiap tahun pada ajang EAA itu bisa mendatangkan 10.000 pesawat terbang. Betapa berkembangnya general aviation itu. Saya mau general aviation di Indonesia berkembang juga.”

Eris menambahkan, “Maka kita harus punya visi yang sama. Banyak regulator yang terlibat di sini. Ada Ditjen Perhubungan Udara, FASI, dan lainnya. Semoga perkumpulan dengan orang-orang yang punya passion ini diberi kekuatan untuk memajukan kedirgantaraan Indonesia melalui general aviation!”